PEMBERDAYAAN ANGGOTA KELOMPOKTANI DALAM PEMANFAATAN JERAMI PADI SEBAGAI PUPUK BOKASHI DI KECAMATAN SINDANGKERTA KABUPATEN BANDUNG BARAT
Abstract
Jerami adalah limbah pertanian berupa tangkai dan batang tanaman jenis
serealia yang telah dipisahkan dari biji-bijinya. Di Indonesia, jerami merupakan
limbah yang besar, tetapi pemanfaatannya masih kurang efektif. Menurut data
yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (2018), Kecamatan Sindangkerta
memiliki luas lahan panen padi sawah sebesar 9.732 Ha artinya ada banyak jerami
yang dihasilkan. Jerami dapat dimanfaatkan untuk beberapa keperluan, seperti
pakan ternak, membuat pupuk, dan sebagai penganti mulsa. Akan tetapi sebagian
besar petani masih kurang memahami pentingnya pemanfaatan sisa jerami. Petani
lebih memilih membakar jerami dalam satu penelitian Sugiyatna (2008) setiap 5-7
ton jerami maka didalamya terdapat kandungan N sebanyak 49 kg. Membakar
jerami padi akan mengurangi kandungan unsur hara tanah, bahkan jika terlalu
sering membakarnya langsung disawah akan mengakibatkan tanah menjadi keras
dan tandus.
Kajian ini bertujuan untuk mendeskripsikan sejauh mana jerami padi
dimanfaatakan oleh petani, selain itu engkajian ini juga menganalisis faktor-faktor
yang mempengaruhi pemberdayaan dan merumukan strategi untuk meningkatkan
pemerdayaan petani. Pengkajian ini telah dilaksanakan pada tanggal 22 April
sampai 26 Juli 2019 di Kecamatan Sidangkerta, Kabupaten Bandung Barat.
Kecamatan Sindangkerta terdiri dari 11 desa dan 84 kelompoktani dimana teknik
yang digunakan untuk mengambil sampel dalam pengkajian ini adalah dengan
cara purposive sampling. lokasi atau desa yang dipilih dalam kegiatan penelitian
ini dalah Desa Weninggalih, Desa Wangunsari, dan Desa Rancasenggang.
Kelompoktani yang dipilih dalam pegkajian ini adalah kelompok Mekar Jaya
dengan jumlah anggota 14 orang, kelompok Talaga Hurip sebanyak 14 orang,
kelompok Cimanggu 14 orang, kelompok Putri Harapan sebanyak 14 orang.
Dalam pengkajian ini adalah dengan penyebaran kuesioner yang berjumlah 40 butir soal yang telah di uji validitas dan reliabilitasnya. Analisis yang digunakan
dalam pengkajian ini adalah analisis deskriptif, regresi berganda dan Kendall’s W
dengan pengolahan data menggunakan SPSS versi 21.
Karakteristik petani yang diamati berdasarkan umur, pendidikan dan lama
usaha. Subfaktor pemberdayaan itu sendiri dilihat darikemampuan, perubahan
sikap, dan pengetahuan yang meningkat. Karakteristik petani berdasarkan usia
maka usia sangat produktif sebanyak 19 orang atau 34,54% sedangkan petani
yang berada pada kategori produktif sebanyak 36 orang atau 65,46%.
Karakteristik petani berdasarkan tingkat pendidikan petani cukup rendah yaitu 6-8
tahun saja dengan persentase 52,73 %. Sedangkan, jika dilihat dari lama usahatani
banyak didominasi pada 1-12 tahun yakni sebanyak 30 orang atau 54,55%.
Faktor eksternal yang diteliti adalah kegiatan penyuluhan dan fungsi
kelompok. Kegiatan penyuluhan dan fungsi kelompok berada pada kategori
sedang yang artinya kegiatan penyuluhan dan fungsi kelompok telah berjalan
dengan baik.
Berdasarkan hasil analisis langsung dilapangan melalui wawancara dengan
petani, mereka mempunyai antusias ketika ada kegiatan penyuluhan dan
memberikan teknologi baru jika teknologi itu mudah diterapkan maka mereka
juga mau menerapkan, akan tetapi jika teknologi itu malah merepotkan petani
makan petani tidak mau menerapkan. Untuk kegiatan pembuatan pupuk sendiri
petani telah bayak yang mencoba untuk membuat pupuk organik sendiri akan
tetapi hasilnya belum berhasil. Sebagian besar petani lebih memilih menggunakan
pupuk kimia karena mudah didapat dan murah sehingga tidak membuang waktu
untuk membuat pupuk organik sendiri.
Kesimpulan dari kegiatan peneitian ini adalah Pemanfaatan jerami di
Kecamatan Sindangkerta khususnya di desa Weninggalih, Wangunsari dan
Rancasenggang sendiri hanya sebagai pakan ternak dan belum dibuat pupuk
bokashi. Mereka beranggapan membuat pupuk organik sendiri lebih lama dan
memakan waktu sehingga mereka kurang tertarik.