PARTISIPASI PETANI DALAM KEGIATAN PENYULUHAN DAN ADOPSI PEMUPUKAN PADI SAWAH DI KECAMATAN KERSAMANAH KABUPATEN GARUT Chicka Anggita Putri1, Oeng Anwarudin2, Dwiwanti Sulistyowati3 1Sekolah Tinggi Penyuluhan Pertanian (STPP) Bogor 2Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Manokwari 3Politeknik Pembangunan Pertanian (POLBANGTAN) Bogor email : chicka.anggitap18@gmail.com ABSTRAK Peningkatan produksi padi sawah telah dilakukan pemerintah dengan implementasi inovasi teknologi melalui kegiatan penyuluhan yang melibatkan partisipasi petani. Penelitian ini bertujuan menganalisis secara deksriptif partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah serta
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
partisipasi
petani dalam kegiatan
penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah. Penelitian dilaksanakan di Kecamatan Kersamanah Garut. Sampel penelitian sebanyak 87 orang petani padi sawah
yang diambil dengan teknik Cluster Random Sampling. Variabel bebas
meliputi karakteristik petani, kegiatan penyuluhan dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan serta variabel terikat yaitu adopsi pemupukan padi sawah. Teknik analisis
yang digunakan adalah analisis deskriptif dan analisis korelasi Rank Spearman. Hasil penelitian menunjukan bahwa
partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan tergolong rendah. Adopsi petani meliputi tingkat pengetahuan tergolong tinggi, sikap petani tergolong sedang dan keterampilan petani tergolong sedang.
Faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
kegiatan penyuluhan
adalah
luas lahan, tanggungan keluarga dan kegiatan penyuluhan. Faktor
yang berhubungan dengan
pengetahuan
petani adalah
lama usahatani
dan luas lahan.
Sikap petani petani berhubungan kegiatan penyuluhan dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan. Keterampilan petani berhubungan dengan luas lahan. Kata Kunci : Partisipasi, Adopsi, Pemupukan padi sawah. ABSTRACT The increase in paddy rice production has been carried out by the government with the implementation of technological innovation through extension activities involving farmer participation.
This study aims to
analyze descriptively
the participation of farmers in
extension activities and adoption of rice fertilization and analyze the factors associated with farmer participation in extension activities and adoption of rice paddy fertilization.
The study was conducted in
Kersamanah, Garut.
The
sample
of the
study was 87 rice farmers taken by Cluster Random Sampling technique. Independent variables include the characteristics of farmers, extension activities and farmer
participation in extension activities
and
the
dependent variable
is the
adoption
of
rice fertilization.
The analysis
technique
used is descriptive analysis and Rank Spearman correlation analysis. The results showed that
farmer participation in extension activities was classified as low. The adoption of farmers includes a high level of knowledge, the attitude of farmers is moderate and the skills of farmers are classified as moderate. Factors related to farmer participation in extension activities are land area, family dependents and extension activities. Factors related to farmers' knowledge are the length of farming and land area. The attitude of farmers is related to extension activities and farmer participation in extension activities. Farmers' skills are related to land area. Keywords: Participation, Adoption, Fertilization of rice PENDAHULUAN Peningkatan produksi dan produktivitas padi sawah telah dilakukan pemerintah
dengan berbagai upaya. Salah satu upaya tersebut adalah
implementasi inovasi teknologi. Pemerintah telah menyampaikan temuan penelitian berupa inovasi teknologi melalui kegiatan penyuluhan dan diseminasi inovasi. Kegiatan penyuluhan tersebut melibatkan partisipasi petani. Selanjutnya kegiatan ini diharapkan dapat mewujudkan adopsi terhadap inovasi tersebut. Berdasarkan Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kersamanah (2017), tingkat penerapan teknologi pemupukan berimbang (penggunaan pupuk anorganik maupun kombinasi pupuk organik) masih rendah yaitu sebesar 38%. Masalah pemupukan di kelompok tani Kecamatan Kersamanah yaitu: 1) pemupukan masih belum sesuai anjuran; 2) waktu pemupukan masih terdapat ketidaksesuaian dengan fase pertumbuhan tanaman padi sawah; 3) jenis pupuk yang digunakan masih belum sesuai dengan kebutuhan fase tanaman; dan 4) kandungan bahan organik pada tanah yang rendah tetapi petani masih jarang memberikan pupuk organik. Hal ini menyebabkan petani padi sawah belum mengelola usaha tani padi sawah seintensif usaha tani tanaman hortikultura. Penyuluh setempat pernah mengevaluasi bahwa efisiensi pemupukan di Kecamatan Kersamanah cenderung masih rendah.
Efisiensi pemupukan tidak hanya berperan penting dalam meningkatkan
produksi dan
pendapatan petani, tetapi juga terkait dengan keberlanjutan sistem produksi.
Menurut Zakaria (2014),
pemupukan
harus memperhatikan pemahaman tentang penggunaan pupuk yang efisien seperti
tepat jenis, tepat dosis, tepat waktu, dan tepat cara. Menurut
informasi penyuluh setempat, kegiatan penyuluhan dan program PTT padi sawah dilakukan dengan mengoptimalkan partisipasi masyarakat. Partisipasi tersebut mulai dari perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Partisipasi masyarakat tersebut diharapkan dapat berimbas positif pada adopsi petani mengenai pemupukan padi sawah. Menurut Suradisastra et al. (2010), kemunduran (kerusakan tanah) kesuburan tanah secara fisik, kimia dan biologi akan menyebabkan penurunan produktivitas dan daya lahan karena aktivitas manusia/penyebab lain yang merugikan. Ketidakseimbangan hara, kadar bahan organik tanah dan lapisan tapak bajak merupakan penyebab lahan sawah terdegradasi. Selain itu, untuk mengatasi degradasi kesuburan tanah sawah diperlukan teknologi seperti perbaikan dosis pupuk sesuai konsep pemupukan berimbang, pengembalian biomassa, penggunaan pupuk organik, dan pengelolaan tanah (secara fisik maupun biologi). Melalui program PTT padi sawah, diharapkan petani dapat mengadopsi inovasi pemupukan padi sawah sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan produksi padi sawah sekaligus peningkatan pendapatan petani. Indikator berhasilnya tujuan dari program ini salah satunya dinilai dari adopsi petani dalam menerapkan teknologi pemupukan. Adopsi ini menilai sejauh mana petani menerapkan teknologi pemupukan padi sawah sehingga terjadi perubahan perilaku petani. Atas dasar tersebut, perlu dilakukannya pengkajian mengenai partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah. Penelitian bertujuan menganalisis secara deksriptif partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah serta
menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan
partisipasi
petani dalam kegiatan
penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah. METODE
Penelitian ini dilakukan pada April 2018 sampai dengan Juni 2018
di Kecamatan Kersamanah, Kabupaten Garut.
Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh petani yang terdaftar sebagai pengurus dan anggota kelompok tani padi sawah.
Teknik
pengambilan sampel menggunakan
Cluster
Random Sampling
dengan jumlah sampel sebanyak 87 orang. Pengumpulan data dilakukan
melalui pengumpulan
data primer dan sekunder.
Pengumpulan
data primer diperoleh dari wawancara
langsung kepada responden.
Data sekunder
bersumber
dari
kantor atau
instansi
terkait
yang
berhubungan
dengan penelitian,
dalam hal
ini
data sekunder diperoleh dari Kantor
BPP
Kecamatan
Kersamanah. Karakteristik petani sebagai variabel peubah (X1) meliputi umur, tingkat pendidikan formal, lama berusaha tani, luas lahan dan tanggungan keluarga. Kegiatan penyuluhan sebagai variabel peubah (X2) meliputi intensitas/frekuensi
penyuluhan, kesesuaian materi penyuluhan, kesesuaian media penyuluhan dan
kesesuaian
metode penyuluhan.
Partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan sebagai variabel peubah (X3) meliputi partisipasi petani dalam perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi. Sedangkan adopsi pemupukan padi sawah sebagai (Y) yang meliputi pengetahuan petani mengenai pemupukan padi sawah, sikap petani mengenai pemupukan padi sawah dan keterampilan petani mengenai pemupukan padi sawah. Variabel X1, X2 dan X3 diduga sebagai faktor-faktor yang berhubungan dengan variabel Y. Teknik analisis yang digunakan
adalah analisis deskriptif dan analisis
korelasi Rank Spearman.
Analisis deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendeskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul
dan penyajiannya berupa tabel dan persentase. Kategori yang digunakan untuk kegiatan penyuluhan sebanyak
3 kategori (rendah, sedang dan tinggi), partisipasi petani
dalam kegiatan penyuluhan sebanyak
3 kategori (rendah, sedang dan tinggi),
dan adopsi pemupukan padi sawah untuk: a) pengetahuan sebanyak 2 kategori (rendah dan tinggi); b) sikap sebanyak
3 kategori (rendah, sedang dan tinggi);
dan c) keterampilan sebanyak
3 kategori (rendah, sedang dan tinggi).
Analisis Rank Spearman menggunakan SPSS 21 digunakan untuk menganalisis
apa saja yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
kegiatan penyuluhan dan adopsi pemupukan padi sawah. Menurut Sarwono (2015), tujuan
analisis korelasi Rank Spearman
adalah
untuk melihat tingkat kekuatan (keeratan) hubungan dua variabel, untuk melihat arah (jenis) hubungan dua variabel dan untuk melihat hubungan tersebut signifikan atau tidak.
Tabel 1. Sebaran Karakteristik Responden
Dikatakan ada hubungan yang signifikan
pada penelitian ini
jika nilai Sig.(2-tailed) lebih kecil dari nilai 0,
10.
Sementara itu, jika nilai Sig.(2-tailed) lebih besar dari
nilai
0,
10
atau 0,01 maka hubungan antar variabel tersebut dapat dikatakan tidak signifikan
(Azwar, 2005). HASIL DAN PEMBAHASAN Analisis Deskriptif
Responden dalam penelitian ini berjumlah
87
orang yang
mewakili seluruh
kelompok tani padi sawah di
Kecamatan Kersamanah. Karakterisitik responden mencakup umur, tingkat pendidikan formal, lama berusaha tani, luas lahan, dan tanggungan keluarga. Sebaran karakteristik responden dapat dilihat pada Tabel 1. No Kategori Jumlah Responden (orang) Persentase (%) Umur 1
26 – 35 tahun
3 2
36 – 45 tahun
14 3
46 – 55 tahun
23 4
>55 tahun
47 3,45 16,09 26,44 54,02
Tingkat Pendidikan
Formal
1 SD
58
2 SMP
9
3 SMA
16
4
Perguruan Tinggi 4 66,7 10,3 18,4 4,6 Lama Berusahatani 1 1 – 10 tahun 23 2 11 – 25 tahun 41 3 26 – 35 tahun 15 4 >36 tahun 8 26,44 47,12 17,24 9,20 Luas Lahan (hektar) 1 <0,50 (sempit) 73 2 0,50 – 1,00 (sedang) 12 3 >1,00 (luas) 2 83,91 13,79 2,30 Jumlah Tanggungan Keluarga 1 < 2 orang 33 2 2 – 4 orang 43 3 5 – 6 orang 10 4 > 6 orang 1 37,93 49,43 11,49 1,15
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar umur responden
dengan kelompok umur diatas 55 tahun sebanyak 47 orang atau sebesar 54,02% dari total responden. Sedangkan, kelompok umur 26 – 35 tahun sebanyak 3 (tiga) orang atau 3,45%. Hal ini menunjukan mayoritas petani berumur tua. Berdasarkan hasil wawancara diperoleh bahwa masyarakat muda masih banyak yang kurang berminat untuk menjalankan kegiatan usaha tani padi sawah dan memilih pekerjaan maupun minat diluar bidang pertanian. Hasil penelitian sejalan dengan Yono et al. (2015), Anwarudin (2017), Warya dan Anwarudin (2018) bahwa mayoritas petani saat ini berumur tua. Wardani dan Anwarudin (2018), Anwarudin dan Haryanto (2018), Harniati dan Anwarudin (2018) melaporkan bahwa generasi muda belum banyak yang terlibat sebagai petani dan lebih senang melakukan pekerjaan yang lain.
Sebagian besar
tingkat
pendidikan
formal
responden adalah
Sekolah Dasar
(SD) sebanyak 58
orang atau sebesar
66,7%
dari total responden. Hal
ini menunjukan
mayoritas
petani di Kecamatan Kersamanah masih mengenyam pendidikan formal dasar karena kondisi ekonomi dan kesadaran untuk menempuh
pendidikan masih rendah. Hasil penelitian ini sesuai dengan
penelitian Jalieli dan Sadono (2013), bahwa tingkat pendidikan petani sebagian besar adalah tamatan sekolah dasar karena kesadaran untuk menempuh pendidikan pada masa lalu masih kurang dan biaya pendidikan yang tidak terjangkau. Mayoritas responden memiliki pengalaman berusahatani antara 11 - 25 tahun. Berdasarkan hasil wawancara, terdapat petani yang dahulunya berstatus pegawai negeri maupun swasta yang kemudian pensiun lalu memulai usaha tani. Namun demikian, ada juga responden yang memiliki pengalaman lebih dari 36 tahun melakukan berusaha tani sejak muda sehingga mereka lebih berpengalaman dalam pemupukan padi sawah.
Hasil penelitian ini sejalan dengan penelitian
Muchtar
et al.
(2014),
bahwa
semakin berpengalaman petani dalam berusaha tani, mereka semakin tahu dan memahami pengelolaan usahatani.
Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian besar luas lahan
yang diusahakan adalah lahan sempit dengan luas kurang dari 0,50 ha. Mayoritas petani di Kecamatan Kersamanah memiliki luas lahan sempit atau terbatas, karena banyak petani yang menjual sebagian lahan dengan alasan ekonomi dan kebutuhan hidup. Hasil penelitian sejalan dengan laporan Yahya (2016), bahwa sempitnya lahan usahatani yang dikelola petani disebabkan oleh adanya pembagian warisan, dijadikan perumahan dan dijual untuk keperluan hidup.
Sebagian besar responden memiliki jumlah tanggungan keluarga sebanyak
2 – 4 orang. Selain itu, sebagian anggota keluarga sudah bisa hidup mandiri. Namun demikian, adapula responden yang masih memiliki jumlah tanggungan keluarga lebih dari 6 (enam). Berdasarkan hasil wawancara, jumlah tanggungan keluarga sebanyak itu karena mereka memiliki cucu yang juga ditanggung kehidupannya oleh kepala keluarga (responden) maupun memiliki jumlah anak yang banyak. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga tersebut menjadi tanggung jawab kepala keluarga untuk dapat memenuhi kebutuhan hidup anggota keluarganya. Untuk dapat memenuhi kebutuhan tersebut, petani lebih banyak terlibat dalam kegiatan usaha tani maupun di kelompok tani, artinya petani menjadi lebih banyak waktu untuk terlibat dalam pelaksanaan usaha tani. Penelitian ini sejalan dengan pernyataan Rayuddin et al. (2010), bahwa umumnya petani yang mempunyai
jumlah tanggungan keluarga petani memberi indikasi bahwa
ada
peluang alokasi waktu dan frekuensi petani untuk terlibat,
berpartisipasi
dan
berperan
dalam pembangunan pedesaan.
Tabel 2. Kegiatan Penyuluhan Kategori Jumlah Persentase Responden (%) 4 – 8 (rendah) >8 – 12 (sedang) >12 – 14 (tinggi) 35 48 4 40,23 55,17 4,60 Jumlah 87 100 Kegiatan penyuluhan dalam penelitian ini meliputi intensitas/frekuensi kegiatan
penyuluhan, kesesuaian materi penyuluhan, kesesuaian media penyuluhan dan
kesesuaian
metode penyuluhan.
Berdasarkan
hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar responden menilai tingkat
kegiatan penyuluhan masuk kategori sedang (55,17%). Artinya, kegiatan penyuluhan di kelompok tani sudah cukup berjalan dengan baik. Berdasarkan hasil wawancara, kegiatan penyuluhan yang dilakukan diantaranya penyebarluasan informasi usaha tani maupun teknologi untuk menambah wawasan anggota, penguatan kelompok tani untuk saling kerjasama, sebagai wadah konfirmasi informasi, sebagai wadah perubahan perilaku (pengetahuan, sikap dan keterampilan) dan sebagai proses belajar- mengajar non-formal.
Mardikanto (2009)
menyebutkan
bahwa kegiatan penyuluhan diartikan dengan berbagai pemahaman, seperti penyebarluasan informasi, penerangan
atau
penjelasan, pendidikan non-formal, perubahan perilaku,
perubahan
sosial,
hubungan antar individu, kelembagaan, pemberdayaan masyarakat, serta penguatan komunitas.
Selain itu, ada indikasi kegiatan penyuluhan kurang terorganisasi dengan baik yang disebabkan oleh kesibukkan para anggota dan kurangnya partisipasi anggota untuk menghadirinya. Setiawan (2005) menyebutkan bahwa
kurangnya pengorganisasian kegiatan penyuluhan menyebabkan kurangnya keberhasilan penyuluhan pertanian.
Tujuan
kegiatan penyuluhan
terkadang kurang maksimal karena keadaan petani yang menghambat kegiatan penyuluhan. Hambatan tersebut salah satunya adalah pengetahuan maupun wawasan petani yang terbatas untuk memahami informasi penyuluhan. Penyuluh dituntut untuk memiliki kemampuan memberikan pandangan dan cara berkomunikasi dengan baik. Sesuai dengan pernyataan Setiawan (2005),
sebagian petani tidak mempunyai pengetahuan serta wawasan yang memadai untuk dapat memahami permasalahan mereka, memikirkan pemecahannya, atau memilih pemecahan masalah yang paling tepat untuk mencapai tujuan,
sehingga peran
agen penyuluh
dibutuhkan.
Selama penyuluh belum mampu memberikan informasi yang dibutuhkan petani, maka kegiatan penyuluhan tidak akan berjalan dengan baik.
Partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan meliputi proses
perencanaan kegiatan
penyuluhan,
pelaksanaan kegiatan
penyuluhan
dan evaluasi kegiatan
penyuluhan.
Hasil
partisipasi petani dalam kegiatan
penyuluhan dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3.
Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Kategori Jumlah Responden Persentase (%) 9 – 18 (rendah) 61 70,11 >18 – 27 (sedang) 3 3,45 >27 – 36 (tinggi) 23 26,44 Jumlah 87 100 Partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan sebagian besar responden menilai rendah (70,11%). Berdasarkan hasil wawancara, ada indikasi rendahnya partisipasi petani disebabkan karena mereka merasa lemah dalam hal mengeluarkan pendapat dan akhirnya mereka menyerahkan masalah tersebut kepada pengurus kelompok, sehingga mereka memilih untuk pasif. Selain itu, partisipasi kelompok tani dalam hal perencanaan kegiatan penyuluhan pun masih rendah. Kelompok tani perlu arahan dan fasilitas untuk merencanakan kegiatan penyuluhan jika ingin memulai. Hal tersebut bertolak belakang dengan laporan Anwarudin dan Maryani (2017) dan Maryani et al. (2018)
bahwa perencanaan partisipatif pada prinsipnya merupakan pola perencanaan yang secara langsung melibatkan semua pihak yang terkait atau terlibat dalam proses pengambilan dan pelaksanaan keputusan dengan tetap mendudukan komunitas atau masyarakat pemanfaat sebagai pelaku utama yang difasilitasi untuk dapat memberdayakan diri mereka sendiri.
Disisi lain temuan di lapangan dan hasil wawancara, bahwa masih ada kelompok tani yang melakukan perencanaan kegiatan penyuluhan, tetapi tidak ada bukti fisik mereka melakukan perencanaan kegiatan penyuluhan tersebut. Secara umum, kelompok tani lebih sering melakukan pelaksanaan kegiatan karena pelaksanaan adalah bagian penting agar tujuan dapat tercapai, oleh sebab itu peran aktif petani dipahami dan dirasakan oleh responden, diperlukan. Hasil penelitian sejalan dengan dibandingkan tahap evaluasi maupun Jalieli dan Sadono (2013), bahwa partisipasi perencanaan. dalam pelaksanaan suatu program Indikator adopsi pemupukan padi merupakan tahap penting untuk mencapai sawah terbagi menjadi 3 (tiga) yaitu keberhasilan, karena pelaksanaan pengetahuan petani mengenai pemupukan merupakan tahap pencapaian tujuan yang padi sawah, sikap petani mengenai telah ditetapkan sebelumnya. Menurut Sriati pemupukan padi sawah dan keterampilan et al. (2017), tahap pelaksanaan lebih bisa petani mengenai pemupukan padi sawah. Tabel 4. Adopsi Pemupukan Padi Sawah Tiap Indikator Indikator Kategori Jumlah Responden Persentase (%) Pengetahuan 10 – 15 (rendah) >15 – 20 (tinggi) 15 72 17,24 82,76 Jumlah 87 100 Sikap 8 – 16 (rendah) >16 – 24 (sedang) >24 – 32 (tinggi) 11 67 9 12,64 77,01 10,35 Jumlah 87 100 Keterampilan
5 – 10 (rendah) >10 – 15 (sedang) >15 – 20 (tinggi)
9 75 3 10,34 86,21 3,45 Jumlah 87 100 Pengetahuan petani mengenai adopsi pemupukan padi sawah sebagian besar tergolong tinggi (82,76%). Berdasarkan hasil wawancara, rata-rata petani sudah mengenal dan mengetahui pemupukan berimbang padi sawah, seperti penetapan dosis pupuk, waktu pemupukan, jenis pemupukan dan cara pemupukan secara umum. Petani dibekali pengetahuan pemupukan yang diperoleh dari penyuluh setempat melalui kegiatan belajar-mengajar non-formal (penyuluhan pertanian) agar petani mengenal dan mengetahui inovasi tersebut. Mardikanto (2009) menyebutkan bahwa kegiatan penyuluhan diartikan sebagai penyebarluasan informasi melalui pendidikan non-formal kelompok tani. Aspek sikap petani mengenai adopsi pemupukan padi sawah mayoritas tergolong sedang (77,01%). Berdasarkan hasil wawancara, sebagian petani menilai setuju jika pemupukan padi sawah harus memperhatikan 4T (tepat jenis, cara, waktu, dan dosis). Selain itu, sebagian petani tertarik untuk melakukan pemupukan padi sawah sesuai prinsip 4T karena sesuai dengan pengalaman petani. Menurut Bestina et al. (2005), sikap petani untuk membuat suatu keputusan cukup rasional dan diambil berdasarkan pengalaman pribadinya. Tetapi dalam kenyataan di lapangan, butuh proses agar petani mau menerapkan adopsi pengalaman usaha tani padi sawah. Selain pemupukan padi sawah ini karena masih ada itu, keterampilan petani terkadang kemungkinan petani untuk menolak inovasi dibantu/diasah melalui kegiatan penyuluhan. tersebut. Sesuai dengan pernyataan Sebagian petani mau menerapkan inovasi Mardikanto (2009), adopsi inovasi pemupukan padi sawah karena ada memerlukan proses komunikasi yang terus- dukungan. Rogers (1983) dalam Hafsah menerus untuk mengenalkan, menjelaskan, (2009) menyebutkan bahwa keberlanjutan mendidik dan membantu masyarakat agar penggunaan inovasi ini akan bergantung tahu, mau dan mampu menerapkan pada dukungan petani. teknologi yang disuluhkan. Hubungan Karakteristik Petani dengan Keterampilan petani dalam adopsi Partisipasi Petani dalam Kegiatan pemupukan padi sawah sebagian besar Penyuluhan tergolong sedang (86,21%). Berdasarkan Hasil analisis hubungan karakteristik hasil wawancara, petani sudah cukup petani dengan partisipasi petani dalam terampil dalam melakukan pemupukan kegiatan penyuluhan menggunakan dapat sesuai 4T karena petani sudah memiliki
dilihat pada Tabel 5. Tabel 5.
Hubungan Karakteristik
Petani
dengan
Partisipasi
Petani
dalam
Kegiatan Penyuluhan Variabel r Sig. Keterangan Umur Tingkat Pendidikan Formal Lama Berusahatani Luas Lahan Tanggungan Keluarga 0,113 0,299 -0,114 0,293 0,117 0,281 0,194 0,071 0,201 0,062 tidak berhubungan tidak berhubungan tidak berhubungan ada hubungan ada hubungan Terdapat faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan yaitu luas lahan. Berdasarkan hasil wawancara, petani beralasan bahwa mereka berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan adalah sebagai upaya untuk menjalankan usahatani diatas luasan lahan yang mereka miliki agar dapat mengelolanya lebih baik. Ada indikasi jika semakin luas lahan usahatani, maka petani akan berpartisipasi dalam kegiatan penyuluhan guna meningkatkan kapasitas dan kemampuan mereka mengelola usahatani tersebut. Tingkat kekuatan
hubungan antara luas lahan dengan partisipasi petani
dalam kegiatan penyuluhan adalah sangat lemah (0,194) dan arah korelasi tersebut bernilai positif atau searah. Artinya, jika luas lahan meningkat maka partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan akan meningkat dan demikian pula sebaliknya. Implikasinya, dalam penelitian ini direkomendasikan bahwa untuk meningkatkan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dapat dilakukan dengan cara petani didorong berusaha beserta anggota keluarganya. Sejalan dengan memperluas lahan usahatani. pendapat Wirosuhardjo (1996) dalam Faktor lain yang berhubungan Maulana (2013), bahwa besarnya jumlah dengan partisipasi petani dalam kegiatan tanggungan keluarga akan berpengaruh penyuluhan adalah tanggungan keluarga. terhadap pendapatan karena semakin Nilai koefisien korelasi (0,201) menunjukan banyaknya jumlah tanggungan keluarga atau tingkat kekuatan hubungan sangat lemah jumlah anggota keluarga yang ikut makan dan arah korelasi menunjukan hubungan maka secara tidak langsung akan memaksa kedua variabel searah. Artinya, semakin tenaga kerja tersebut untuk mencari banyak anggota keluarga yang ditanggung, tambahan pendapatan. Sehingga, orang yang maka semakin tinggi pula partisipasi petani memiliki jumlah tanggungan keluarga yang dalam kegiatan penyuluhan dan demikian cukup banyak maka jumlah penghasilan sebaliknya. Berdasarkan hasil wawancara, yang dibutuhkan juga akan semakin besar. petani berpendapat bahwa mereka memiliki Untuk meningkatkan partisipasi petani tanggungjawab untuk mencari nafkah lebih dalam kegiatan penyuluhan dapat dilakukan banyak melalui kegiatan usahatani padi dengan menambah jumlah tanggungan sawah, sehingga petani terus berupaya agar keluarga. terlibat dan ikutserta dalam kegiatan Hubungan Karakteristik Petani dengan penyuluhan. Mereka terlibat dan ikutserta Adopsi Pemupukan Padi Sawah dalam kegiatan penyuluhan agar dapat Hasil analisis hubungan karakteristik mengelola usahatani lebih baik dan petani dengan adopsi pemupukan padi menghasilkan pendapatan yang lebih baik sawah
dapat dilihat pada Tabel 6. untuk memenuhi kebutuhan
hidup mereka Tabel 6.
Hubungan Karakteristik Responden dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan
Pemupukan Padi Sawah Pengetahuan r Sig. Umur 0,105 0,331 tidak berhubungan Tingkat Pendidikan Formal 0,038 0,724 tidak berhubungan Lama Berusaha tani 0,262 0,014 ada hubungan Luas Lahan 0,262 0,014 ada hubungan Tanggungan Keluarga -0,099 0,363 tidak berhubungan Sikap r Sig. Umur -0,013 0,901 tidak berhubungan Tingkat Pendidikan Formal -0,051 0,641 tidak berhubungan Lama Berusahatani 0,107 0,324 tidak berhubungan Luas Lahan 0,062 0,569 tidak berhubungan Tanggungan Keluarga 0,152 0,160 tidak berhubungan Umur Tingkat Pendidikan Formal Lama Berusahatani Luas Lahan Tanggungan Keluarga Keterampilan r Sig. 0,035 0,746 0,127 0,242 0,094 0,385 0,414 0,000 -0,054 0,619 tidak berhubungan tidak berhubungan tidak berhubungan ada hubungan tidak berhubungan Terdapat hubungan antara lama berusaha tani dengan pengetahuan pemupukan padi sawah. Berdasarkan hasil wawancara, petani yang sudah lama berusaha tani dan tergabung dalam kelompok tani, pasti pernah mengikuti kegiatan penyuluhan untuk menambah pengetahuan mereka agar usaha tani yang dijalankan dapat berkembang. Sehingga, semakin lama petani berusaha tani maka pengetahuan petani tentang pemupukan padi sawah
pun akan meningkat. Hasil penelitian ini sejalan dengan
Muchtar et al. (2014), semakin berpengalaman petani dalam usaha tani, mereka semakin tahu dan memahami usaha tani mereka. Nilai koefisien korelasi sebesar 0,262 menunjukan tingkat hubungan antara lama berusaha tani dengan pengetahuan pemupukan padi sawah menurut Sarwono (2015) adalah cukup kuat atau cukup erat. Selanjutnya nilai korelasi yang positif menunjukkan hubungan tersebut searah yang artinya semakin lama berusaha tani maka semakin tinggi pengetahuan petani mengenai pemupukan padi sawah dan demikian juga sebaliknya. Implikasinya, penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk dapat meningkatkan pengetahuan petani dapat dilakukan dengan cara memperlama usaha taninya, demikian juga sebaliknya. Luas lahan berhubungan dengan pengetahuan petani dalam pemupukan padi sawah. Semakin luas lahan usaha tani, maka petani akan berusaha untuk meningkatkan pengetahuannya tentang pemupukan usaha tani dengan cara mencari maupun mengikuti kegiatan penyuluhan guna memperoleh tambahan wawasan inovasi pemupukan. Penelitian
ini sesuai dengan penelitian
Wangke
et al.
(2016),
bahwa
kepemilikan lahan
yang
luas cenderung tingkat adopsinya lebih tinggi.
Hasil analisis korelasi Rank Spearman menunjukkan bahwa hubungan antara
luas lahan
dengan
pengetahuan petani dalam pemupukan padi sawah memiliki hubungan cukup kuat atau cukup erat (tingkat keeratan hubungan 0,262). Nilai korelasi tersebut menunjukan hubungan yang searah, artinya bahwa semakin luas usaha tani maka semakin tinggi pengetahuan petani dalam pemupukan padi sawah dan demikian sebaliknya. Implikasinya, untuk meningkatkan pengetahuan petani mengenai pemupukan padi sawah dapat dilakukan dengan memotivasi petani untuk memperluas lahan usahanya. Demikian juga sebaliknya, pengetahuan petani yang tinggi akan berdampak pada motivasi petani untuk memperluas lahan usahanya. Untuk meningkatkan keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah dapat dilakukan dengan cara memperluas lahan usaha tani. Hal tersebut terbukti bahwa luas lahan memiliki hubungan dengan keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah. Semakin luas suatu lahan usaha tani, maka petani akan terus berupaya untuk mengasah keterampilan pemupukan padi sawah agar usaha tani yang dijalankan berjalan dengan lancar. Jika lahan semakin luas, maka petani akan lebih banyak melakukan kegiatan pemupukan pada hamparan yang luas, sehingga petani akan lebih terampil. Hubungan antara luas lahan dengan keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah mempunyai nilai korelasi 0,414 dan dikategorikan mempunyai hubungan cukup kuat (Sarwono, 2015). Nilai korelasi positif yang menandakan bahwa hubungan tersebut searah, maknanya adalah
semakin luas
suatu
lahan usaha tani maka semakin tinggi
keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah dan begitu pula sebaliknya. Untuk meningkatkan keterampilan petani mengenai pemupukan padi sawah dapat dilakukan dengan memperluas lahan usaha tani. Hubungan Kegiatan Penyuluhan
dengan Partisipasi Petani dalam Kegiatan
Penyuluhan
Hasil
analisis hubungan
antara
kegiatan penyuluhan
dengan partisipasi petani dalam
kegiatan penyuluhan
dapat
dilihat
pada Tabel
7.
Tabel
7. Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan r Sig.(2- tailed) Kegiatan 0,674 0,000 ada Penyuluhan hubungan Berdasarkan Tabel 7, diketahui bahwa kegiatan penyuluhan dengan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan ada hubungan yang kuat dan searah,
karena nilai Sig.(2-tailed) 0,000 <0,
10
dan
r 0,674.
Berdasarkan hasil wawancara dengan responden, diperoleh bahwa petani
memiliki kemauan dari diri sendiri untuk mengikuti kegiatan penyuluhan karena petani secara sadar membutuhkan tambahan pengetahuan dan wawasan. Petani yang mengikuti kegiatan penyuluhan ada indikasi akan lebih banyak memperoleh informasi daripada petani yang tidak pernah/jarang mengikuti kegiatan penyuluhan. Dengan banyak informasi yang diperoleh, maka kelompok tani cenderung lebih terbuka wawasannya dan dapat memahami serta memecahkan masalah yang ada. Selain itu, petani akan terbiasa untuk merencanakan, melaksanakan maupun terlibat dalam proses evaluasi kegiatan penyuluhan. Menurut Setiawan (2015), penyuluh dapat membantu
menyediakan informasi dan memberikan pandangan mengenai masalah yang
dibutuhkan
petani.
merekomendasikan
bahwa
untuk dapat Kegiatan penyuluhan dengan partisipasi meningkatkan partisipasi petani dalam petani dalam kegiatan penyuluhan menurut kegiatan penyuluhan dapat dilakukan Sarwono (2015) adalah hubungan kuat. dengan cara meningkatkan kegiatan Selanjutnya nilai korelasi tersebut penyuluhan, demikian juga sebaliknya. menunjukan hubungan positif atau searah Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan yang artinya semakin sering kegiatan Adopsi Pemupukan Padi Sawah penyuluhan maka semakin tinggi partisipasi Hasil analisis hubungan kegiatan petani dalam kegiatan penyuluhan. penyuluhan (X2) dengan adopsi pemupukan Implikasinya, penelitian ini
padi sawah
(Y)
dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8.
Hubungan Kegiatan Penyuluhan dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Pemupukan Padi Sawah Pengetahuan r Sig.(2-tailed) Kegiatan Penyuluhan 0,021 0,844 tidak berhubungan Sikap r Sig.(2-tailed) Kegiatan Penyuluhan 0,270 0,011 ada hubungan Keterampilan r Sig.(2-tailed) Kegiatan Penyuluhan -0,060 0,583 tidak berhubungan Terdapat hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan sikap petani dalam pemupukan padi sawah. Petani yang sering mengikuti kegiatan penyuluhan cenderung akan lebih banyak memperoleh pengetahuan/informasi tambahan yang belum diperoleh sebagai bahan pertimbangan dalam mengambil/memutuskan pilihan mengenai inovasi pemupukan padi sawah tersebut. Sejalan dengan pendapat Effendy (2017), bahwa tanpa pengetahuan seseorang tidak mempunyai dasar untuk mengambil keputusan dan menentukan tindakan terhadap masalah yang dihadapi. Dalam kegiatan penyuluhan, ada indikasi bahwa akan terjadi proses pertukaran pengalaman antar petani dengan penyuluh, sehingga petani dapat saling memberi masukkan kepada petani lain yang belum menerapkan inovasi pemupukan padi sawah. Hal-hal tersebut akan mempengaruhi rasa ketidakyakinan sehingga muncul kepercayaan individu terhadap inovasi tersebut. Sesuai dengan pernyataan Rogers (1983) dalam Hafsah (2009), bahwa
seseorang membentuk sikap berkenan atau tidak berkenan terhadap inovasi
setelah ia tahu tentang inovasi tersebut sehingga terjadi proses keputusan inovasi. Selain itu, kegiatan penyuluhan yang memiliki bobot penyuluhan yang berkualitas mengenai materi yang disampaikan, media dan metode menunjukkan hubungan positif atau searah penyuluhan yang digunakan secara terus- yang artinya semakin meningkat kegiatan menerus cenderung akan membantu proses penyuluhan maka semakin tinggi sikap komunikasi bagi petani yang kurang yakin petani dalam pemupukan padi sawah terhadap inovasi pemupukan tersebut. maupun sebaliknya. Implikasinya, dengan Mardikanto (2009) menyebutkan bahwa ditingkatkannya kegiatan penyuluhan adopsi inovasi memerlukan proses diharapkan dapat berdampak pada komunikasi yang terus-menerus untuk peningkatan sikap petani dalam pemupukan mengenalkan, menjelaskan, mendidik dan padi sawah. membantu petani agar tahu, mau dan Hubungan Partisipasi Petani dalam mampu menerapkan teknologi/inovasi yang Kegiatan Penyuluhan dengan Adopsi disuluhkan. Nilai koefisien korelasi sebesar Pemupukan Padi Sawah 0,270 menunjukkan tingkat hubungan antara Hasil analisis hubungan antara kegiatan penyuluhan dengan sikap petani partisipasi petani dalam kegiatan dalam pemupukan padi sawah adalah cukup penyuluhan (X3) dengan adopsi pemupukan kuat atau cukup erat. Nilai koefisien tersebut padi sawah
(Y) dapat dilihat pada Tabel 9. Tabel 9.
Hubungan Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan dengan Pengetahuan, Sikap dan Keterampilan Pemupukan Padi Sawah Pengetahuan r Sig.(2-tailed) Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan -0,014 0,897 tidak berhubungan Sikap r Sig.(2-tailed) Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan 0,409 0,000 ada hubungan Keterampilan r Sig.(2-tailed) Partisipasi Petani dalam Kegiatan Penyuluhan 0,052 0,629 tidak berhubungan Tabel 9 menunjukkan
bahwa terdapat hubungan antara
partisipasi
petani dalam kegiatan penyuluhan dengan
sikap petani dalam pemupukan padi sawah. Berdasarkan hasil wawancara, petani yang secara sukarela mau hadir, mau terlibat, dan mau bermusyawarah selama proses kegiatan penyuluhan (merencanakan, melaksanakan dan evaluasi) cenderung memiliki pandangan yang lebih maju daripada petani lain. Petani yang biasa berpartisipasi akan lebih mudah untuk mengambil keputusan suatu inovasi karena mereka ingin adanya perubahan. Penelitian ini sejalan dengan penelitian Soekartawi (1998) dalam Sari (2010), bahwa
tingkat partisipasi memungkinkan
terjadi
perubahan yang lebih besar dalam cara
berpikir
petani.
Petani yang lebih sering mengikuti kegiatan secara partisipatif akan memperoleh informasi dan pengetahuan yang lebih banyak untuk meningkatkan adopsi. Menurut hasil penelitian, petani yang memiliki sikap setuju terhadap inovasi cenderung memiliki kedekatan yang lebih dengan penyuluh. Artinya terjadi proses komunikasi serta terjalin kepercayaan yang baik antara petani dan penyuluh. Sehingga ada indikasi bahwa petani akan lebih mudah menerima inovasi tersebut dan mudah untuk mencapai tujuan. Sesuai dengan peryataan Setiawan (2015), bahwa
agen penyuluhan dapat memanfaatkan berbagai cara untuk membantu
petani agar tujuan dapat tercapai seperti mendorong
untuk tukar-menukar informasi dengan rekan petani
serta
memberi nasihat guna menyadarkannya tentang suatu masalah.
Sejalan dengan pernyataan Hafsah (2009), bahwa partisipasi petani
sering dicapai secara informal,
penyuluh bisa
mendengarkan dengan seksama berbagai tipe petani di wilayah kerja
mereja
dengan
berbagai pendekatan. Tingkat hubungan antara partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan dengan sikap petani dalam pemupukan padi sawah dapat dilihat nilai koefisien korelasi sebesar 0,409 yang artinya hubungan tersebut cukup kuat atau cukup erat (Sarwono, 2015). Selanjutnya nilai korelasi yang positif menunjukkan hubungan tersebut searah, artinya semakin tinggi partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan maka semakin tinggi sikap petani dalam pemupukan padi sawah dan demikian juga sebaliknya. Sehingga penelitian ini merekomendasikan bahwa untuk dapat meningkatkan sikap petani dalam pemupukan padi sawah dapat dilakukan dengan cara meningkatkan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan, demikian pula sebaliknya. SIMPULAN Hasil penelitian dapat dikemukakan bahwa partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan tergolong rendah. Adopsi pengetahuan pemupukan padi sawah tergolong tinggi; sikap petani dalam pemupukan padi sawah tergolong sedang; dan keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah tergolong sedang.
Faktor-faktor yang berhubungan dengan partisipasi petani dalam
kegiatan penyuluhan
adalah
luas lahan, tanggungan keluarga dan kegiatan penyuluhan. Adopsi pengetahun pemupukan padi sawah berhubungan dengan lama usaha tani dan luas lahan; sikap petani dalam pemupukan padi sawah berhubungan dengan kegiatan penyuluhan dan partisipasi petani dalam kegiatan penyuluhan; keterampilan petani dalam pemupukan padi sawah berhubungan dengan luas lahan. BIBLIOGRAPHY Anwarudin O. 2017. Faktor Penentu Partisipasi Petani pada Program Upaya Khusus (UPSUS) Padi di Kabupaten Manokwari, Papua Barat. Jurnal Penyuluhan Pertanian. 12(1): 67-79 Anwarudin O, Haryanto Y. 2018. The Role of Farmer-to-Farmer Extension as a Motivator for The Agriculture Young Generation. International Journal of Social Science and Economic Research; 3 (1): 428- 437. Anwarudin O and Maryani A. 2017. The effect of institutional strengthening on farmer participation and self- reliance in Bogor Indonesia. International Journal of Research in Social Sciences. 7(4): 409-422. Azwar S. 2005. Signifikan atau Sangat Signifikan?. Buletin Psikologi UGM; 13 (1): 38-44. Balai Penyuluhan Pertanian. 2017. Programa Penyuluhan Pertanian Kecamatan Kersamanah Kabupaten Garut Provinsi Jawa Barat. BPP Kecamatan Kersamanah. Bestina, Supriyanto, Hartono S, Syam A. 2005. Kinerja Penyuluh Pertanian dalam Pengembangan Agribisnis Nenas di Kecamatan Tambang, Kabupaten Kampar. Jurnal Pengkajian dan Pengembangan Teknologi Pertanian; 8 (2): 218- 231. Effendy L. 2017. Merancang Pengkajian Penyuluhan. Bahan Ajar STPP Bogor. Hafsah MJ. 2009. Penyuluhan Pertanian di Era Otonomi Daerah. Jakarta: PT. Pustaka Sinar Harapan. Harniati, Anwarudin O. 2018. The interest and action of young agricultural entrepreneur on agribussines in Cianjur Regency, West Java. Jurnal Penyuluhan. 14(1): 148-157. Jalieli A dan Sadono D. 2013. Tingkat Partisipasi dan Keberdayaan Petani Alumni Program SL-PTT (Kasus Desa Gresik Wetan Kabupaten Cirebon). Jurnal Penyuluhan; 9 (2): 99-108. Mardikanto T. 2009. Sistem Penyuluhan Pertanian. Surakarta: Sebelas Maret University Press. Maryani A, Haryanto Y and Anwarudin O. 2017. Strategy of agricultural extension to improve participation of the farmers in special effort in increasing rice production. International Journal of Sciences: Basic and Applied Research (IJSBAR). 36(4): 163-174. Maulana IA. 2013. Analisis Pengaruh Keterampilan, Jumlah Tanggungan Keluarga, Pendapatan dan Pendidikan terhadap Keluarga Miskin di Desa Sumbergondo Kec.Glenmore Kab.Banyuwangi [skripsi]. Jurusan Ilmu Ekonomi dan Studi Pembangunan Fakultas Ekonomi. Universitas Jember. Muchtar K, Purnaningsih N, Susanto D. 2014. Komunikasi Partisipatif pada Sekolah Lapangan Pengelolaan Tanaman Terpadu (SL-PTT). Jurnal Komunikasi Pembangunan; 12 (2): 1-14. Rayuddin, Zau T dan Ramli. 2010. Partisipasi Petani dalam Pembangunan Pedesaan di Kabupaten Konawe. Jurnal Penyuluhan. 6 (1): 84-94. Sarwono J. 2015. Rumus-rumus Populer dalam SPSS 22 untuk Riset Skripsi. Yogyakarta: Penerbit Andi Sari MJ. 2010. [skripsi] Faktor-faktor yang Mempengaruhi Tingkat Adopsi Petani terhadap Pertanian Semi Organik pada Komoditi Cabai Merah (Kasus: Kecamatan Berastagi Kabupaten Karo). Fakultas Pertanian. Institut Pertanian Bogor. Bogor.Sarwono, Jonathan. 2015. Rumus-Rumus Populer dalam SPSS 22 untuk Riset Skripsi. Yogyakarta: Andi Publisher. Setiawan APIG. 2005. Kajian Analitik Masalah-masalah Penyuluhan Pertanian. Jurnal Penyuluhan; 1 (1): 57-61. Sriati, Hakim N, Arbi. 2017. Partisipasi Petani dan Efektivitas Gapoktan dalam Penguatan Lembaga Distribusi Pangan Masyarakat (LDPM) di Kecamatan Makarti Jaya Kabupaten Banyuasin. Jurnal Penyuluhan; 13 (1): 88-96. Suradisastra K, Pasaribu SM, Sayaka B, Dariah A, Las I, Haryono, Pasandaran E. 2010. Membalik Kecenderungan Degradasi Sumber Daya Lahan dan Air. Bogor: PT Penerbit IPB Press. Wangke WM, Olfie B, Suzana L.2016. Adopsi Petani Terhadap Inovasi Tanaman Padi Sawah Organik di Desa Molompar Kecamatan Tombatu Timur, Kabupaten Minahasa Tenggara. Agri- SosioEkonomi Unsrat; 12 (2): 143- 152. Wardani, Anwarudin O. 2018. Peran penyuluh terhadap penguatan kelompok tani dan regenerasi petani di Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Jurnal TABARO Agriculture Science. 2(1): 191-200. Warya A, Anwarudin O. 2018. Factors Affecting Farmer Participation In Paddy-Special Efforts Program At Karawang, Indonesia. International Journal of Social Science and Economic Research. 03(8): 3857- 3867. Yahya M. 2016. Adopsi Petani dalam PTT Padi Sawah di Kecamatan Sunggal Kabupaten Deli Serdang Sumatera Utara. Agrica Ekstensia; 10 (1): 23- 28. Yono, Widyastuti N dan Muslihat EJ. 2015. Hubungan Fungsi Kelompoktani dan Karakteristik Petani. Jurnal Penyuluhan Pertanian; 15 (1). Zakaria AK. 2014. Kajian Adopsi Teknologi Budidaya Padi Organik dan Non- Organik di Kabupaten Tasikmalaya, Jawa Barat. Buletin Inovasi Pertanian Spesifik Lokasi; 1 (1): 41-50. Jurnal Agribisnis Terpadu 103 Jurnal Agribisnis Terpadu 104 Jurnal Agribisnis Terpadu 105 Jurnal Agribisnis Terpadu 106 Jurnal Agribisnis Terpadu 107 Jurnal Agribisnis Terpadu 108 Jurnal Agribisnis Terpadu 109 Jurnal Agribisnis Terpadu 110 Jurnal Agribisnis Terpadu 111 Jurnal Agribisnis Terpadu 112 Jurnal Agribisnis Terpadu 113 Jurnal Agribisnis Terpadu 114 Jurnal Agribisnis Terpadu 115 Jurnal Agribisnis Terpadu 116 Jurnal Agribisnis Terpadu 117 Jurnal Agribisnis Terpadu 118 Jurnal Agribisnis Terpadu 119