PARTISIPASI PETANI DALAM PENANGANAN PASCAPANEN PADI SAWAH (Oryza sativa L.) DI KECAMATAN JALANCAGAK KABUPATEN SUBANG PROVINSI JAWA BARAT
Abstract
Pertanian memiliki peran penting dalam perekonomian masyarakat, sebagai
sumber pendapatan dan bahan pangan. Salah satu komoditas pertanian yang penting
di Indonesia adalah padi. Padi merupakan tanaman penghasil beras yang memiliki
sumber karbohidrat yang tinggi, hampir seluruh penduduk Indonesia mengkonsumsi
beras sebagai bahan pangan pokok sehingga pada setiap tahunnya permintaan
produksi beras selalu meningkat seiring dengan bertambahnya jumlah penduduk.
Peningkatan produksi beras tidak hanya terbatas pada peningkatan produksi pada
tahap prapanen (on farm), tetapi juga melalui perbaikan pada cara penanganan
pascapanen (off farm).
Salah satu permasalahan dalam produksi beras nasional adalah tingginya
kehilangan hasil (susut) selama penanganan pascapanen. Susut hasil panen padi di
Indonesia masih cukup tinggi, yaitu sebesar 11,27 persen yang terjadi pada saat
panen (1,57 persen), perontokan (0,98 persen), pengeringan (3,59 persen),
penggilingan (3,07 persen), penyimpanan (1,68 persen), dan pengangkutan (0,38
persen). Berdasarkan permasalahan tersebut, maka pada pelaksanaan kegiatan
pengkajian Tugas Akhir penulis mengambil judul “ Partisipasi Petani Dalam
Penanganan Pascapanen Padi Sawah Di Kecamatan Jalan Cagak Kabupaten Subang
Provinsi Jawa Barat”.
Tugas Akhir ini dilaksanakan selama tiga bulan, dimulai dari tanggal 22
April 2019 sampai dengan 26 Juli 2019. Kegiatan ini dilaksanakan di Kecamatan
Jalancagak Kabupaten Subang Provinsi Jawa Barat. Dengan jumlah responden
sebanyak 60 orang, responden tersebut diambil dari enam kelompoktani dari tiga
desa. Uji instrumen kajian, menghasilkan 42 pertanyaan yang valid dan beberapa
pertanyaan yang diperbaiki, sehingga dapat dijadikan sebagai alat pengukur dalam
pengkajian ini dan hasil reliabilitas instrument dengan 58 pertanyaan dan 10 orang
responden didapat nilai 0,99 sehingga dapat dikatakan realibel.Karakteristik responden yang diamati sebagian besar berumur 47 – 58
sebanyak 22 orang (37%) kategori pendidikan mayoritas sebanyak 67% (40 orang)
berpendidikan SD, luas lahan yang dimiliki rata – rata sebesar 0,1 – 0,82 ha sebanyak
54 orang (90%), pengalaman usahatani responden yaitu 30 – 43 tahun sebanyak 20
orang (33%). Tingkat partisipasi petani terhadap penanganan pascapanen padi berada
pada kategori sedang yaitu 66%, dimana kategori yang tinggi yaitu penyimpanan
(81%) dan pengangkutan (75%). Analisis perbandingan antar kelompoktani didapat
nilai Sig. (2-tailed) sebesar 0,000 < 0,05 maka H0 ditolak dan H1 diterima. Maka
dapat simpulkan terdapat perbedaan nyata anatara kelompoktani yang menerapkan
GHP dengan Kelompoktani yang tidak menerapkan GHP. faktor-faktor yang
bepengaruh terhadap partisipasi adalah pengalaman usahatani, dan materi
penyuluhan, dengan nilai kurang dari 0,05 yaitu pengalaman usahatani sebesar 0,03
dan materi penyuluhan sebesar 0,00. Strategi yang dilakukan adalah melakukan
penyuluhan dengan materi sesuai peringkat terendah dalam anlisis Kendall’s W yaitu
pengeringan dan perontokan.
Dalam pengkajian ini tingkat partisipasi petani dalam penerapan penanganan
pascapanen padi sesua GHP termasuk kategori sedang dan terdapat perbedaan yang
signifikan antara kelompoktani yang menerapkan penanganan secara GHP dengan
yang tidak menerapkan penanganan secara GHP. Dari keempat indikator yang telah
di analisis terdapat dua variabel yang mempengaruhi tingkat partisipasi petani dalam
penerapan penanganan pascapanen yaitu faktor internal pada pengalaman usahatani
dan faktor external yaitu materi penyuluhan. Strategi yang diperlukan untuk
meningkatkan partisipasi petani terhadap penerapan penanganan pascapanen padi
sesuai GHP yaitu melalui kegiatan penyuluhan pertanian dengan materi yang
diberikan yaitu perontokan dan pengeringan padi sawah.